Setelah hampir lima tahun menunggu, kini aku dan suami menunggu kembali untuk bisa melihat buah hati kami. Namun proses persalinan tidak berjalan sesuai HPL dari dokter. Saat pemeriksaan terakhir aku belum mengalami rasa mulas yang rutin hanya sesekali saja, dan baru pembukaan satu. Karena belum ada tanda saat HPL Hari Prediksi Lahir .
Melihat aku sudah pembukaan satu ditambah dengan riwayat bayi mahal yang seperti dr. Puji katakan padaku, ia memintaku masuk kamar agar kondisiku juga kandungan dapat terpantau. Namun entah kenapa ada rasa takut muncul.
“Jika nanti aku tidak mulas juga, aku takut akan diinduksi dan setelah diinduksi tidak lahir – lahir, maka proses selanjutnya bisa di pastikan Sesar” ucapku pada diri sendiri.
Kemudian setelah menghubungi suamiku yang masih ada di kantornya, aku sampaikam pada suster jika aku ingin menunggu mules normal hingga seminggu ke depan. Jika tidak ada tanda – tanda melahirkan, aku siap jalani operasi. Namun aku berharap dan berdoa agar bisa melahirkan secara normal.
Sebelum pulang, suster ruangan dr. Puji memintaku menandatangani surat pernyataan jika aku belum mau untuk rawat inap untuk pemantauan.
Esoknya, aku mulai berjalan keliling kompleks, naik turun tangga, ngepel jongkok, banyak sujud, mengajak baby bicara agar ia mau segera keluar bahkan sampai goyang ngebor ala Inul Daratista yang disarankan oleh temanku. Walaupun aku geli sendiri saat harus bergoyang ala Inul itu.
Jum’at 28 Juni 2013.
Sejak subuh, aku merasa mulas yang hilang timbul dan rutin, kemudian aku masih memilih untuk jalan keliling komplek saat pukul enam pagi. Saat berjalan rasa mulas yang hadir semakin terasa sakit, karena sakit aku berhenti berjalan, mengatur nafas dan kembali jalan lagi saat rasa sakit dan mulas hilang.
Saat jam bertambah siang, rasa mulas dan sakitnya tak berhenti bahkan semakin sering dan semakin terasa sakit, qodarullah saat ini suami masuk malam jadi pagi ini ia di rumah.
Suami menawariku ke bidan atau rumah sakit, aku memilih rumah sakit, karena riwayat kesehatanku lebih banyak ada di rumah sakit dari di bidan.
Saat bersiap ke rumah sakit, selain rasa mulas dan sakit di bawah perutku, aku merasa mual sangat mual, akhirnya keluarlah semua apa yang termakan dan minum pagi ini.
“MasyaAllah” Rasanya sungguh luar biasa jadi seorang ibu. Saat aku sibuk dengan mulas, mual dan sakit, aku bersyukur memiliki adik ipar yang sangat cekatan membantu keperluanku ke rumah sakit. Karena aku tidak lagi memiliki ibu dan ibu mertuaku sedang kambuh syaraf kejepitnya sehingga beliau tidak bisa bangun, bahkan duduk pun sakit.
Akhirnya, aku dan suami sajalah yang pergi ke rumah sakit, sepanjang perjalanan aku terus beristghfar dan berdoa, semoga Allah lancarkan persalinanku. Tiba di rumah sakit pukul sepuluh pagi, security dan suster rumah sakit langsung menyiapkan ranjang dorong untuk membawaku ke ruang bersalin. Perasaanku campur aduk saat itu, senang, takut dan khawatir juga sakit pastinya.
Saat di ruang bersalin, seorang suster seperti memeriksaku kemudian aku merasa ada air yang mengalir lebih deras dari air seni. Itu adalah cairan ketuban yang melindungi bayiku selama dalam kandungan. “Wah! Ketubannya hijau bu, keruh” ucap suster itu.
“Terus gimana sus?” tanyaku khawatir bercampur kesakitan karena mulas.
“Kita cek dedenya dulu ya bu!”
“Iya sus”
Sebuah alat seperti radio kecil dengan kabel dan seperti microkfone kecil ditempelkan di perutku kemudian dari alat mirip radio mini itu tersengar detak jantung bayiku yang lebih mirip seperti suara kuda berlari.
Saat rasa sakit dan mulas menghilang aku merasa sangat ngantuk sekali dan benar – benar akan tidur, namun saat akan tertidur aku tersadar kembali karena rasa sakit dan mulas itu timbul kembali.
Saat dokterku tiba, aku hanya mendengar sang dokter bertanya kepada para suster dan bidan yang menangani. “ Bukaan berapa?”
“Pas datang sembilan sekarang sepuluh dok, tapi ketuban keruh, denyut jamtung bayi melemah”
“Harus sesar ini!” ucap dr. Puji
“Bu, kondisi dedenya menurun, ibu sesar ya bu?”
“Ah! Iya sus, cepet sus! ” ucap yang meminta tindakan segera agar bayiku selamat.
Saat semua di persiapkan, ruang operasi, obat – obatan, tim dokter bedah, dokter anak dan dokter anastesi siap, seorang suster memeriksa kondisiku, lalu ia melihat kepala bayiku sudah meluncur turun dan terlihat. “Bu, kepala bayinya turun bu, ayo bu kita coba ngeden bu!” ucap suster dan kemudian dr. Puji dan dua suster lainnya ditambah suamiku, ikut membantu persalinanku. Kurang lebih lima kali usaha mengedan, akhirnya “Eeeaa...” ku mendengar tangisnya diiringi rasa haru dan syukurku, suamiku keluar untuk sujud syukur pada Allah SWT.
“Allahu Akbar” Allah Maha Pencipta, Pengasih dan Penyayang, Yang Maha Mendengarkan doa – doa hambaNya.
Usai bersalin aku merasa sangat haus, haus sekali seperti orang yang berlari cepat jarak jauh.
#Hutangpost28/1/18
#tobecontinueanotherpart
#onedayonepost
#ODOPBATCH5
Komentar
Posting Komentar