Saya dan suami pertama bertemu dan kenal itu disebuah lembaga kursus bahasa inggris di Bekasi, tempat kursus itu cukup terkenal karwna memang bagus, dan lucunya bukan cuma saya dan suami yang berjodoh dengan seasama murid, tapi ada yang guru dan murid ada juga guru dan guru.
Dulu, saya tak tertarik pada suami, karena bukan tipe saya secara fisik, badannya gempal lebih tepatnya ndut, hehehe. Tapi... Setelah beberapa lama tahu doi dan ketika ia main bersama kawan - kawan kursus b. Inggris kerumah, orang tuaku kesemsem sama doi.
Kata alm. Ibu "win...kalo pilih cowoo yang itu aja, seger liatnya."
"sayuran...kali seger" sahutku.
Dari pertemuan pertama hingga menikah kami saling kenal selama empat tahun. Kata teman akrabnya dulu suami yang kejar - kejar saya sampai ikut-ikutan jalan ke Bandung dengan salah satu teacher di tempat kursus kami.
Ada beberapa hal yang saya suka saat melihat suami dan teman - temannya itu, mereka bukan anak muda yang suka ambil kesempatan dalam kesempitan, maksudnya meskipun mereka akrab dengan anak perempuan namun tangan mereka gak gampang ngerangkul, colak colek, apalagi sampai meluk meluk seperti pemuda lainnya.
Dan di tempat kursus kami, suami dulu sering menjadi imam shalat di mushalanya. Ditambah belakangan saya tahu ia adalah ketua kelas di kampus juga ketua BEM untuk Poltek UI, "waaah..., tambah deh rasa kagum saya."😍😱
Maka dari itu saat suami melamar saya langsung iyakan, hehehe.
Dan setelah beberapa bulan menikah, saat kami pergi berdua, kemudian kami bertemu dengan seorang ustad yang mengajar tafsir qur'an yang aku ikuti. Dan ustad itu terkejut karena saya menikah dengan suamiku yang dikenalnya juga. Lalu sang ustad berkata. "barakallah, alhamdulillah, insyaAllah soleh kok ukhti" ucap ustad Zuhdi yang tidak saya lupa hingga kini.😊
Alhamdulillah, apa yang di ucapkan oleh ustad Zuhdi dan pilihan orang tuaku saya sejak awal memang tidak salah. InysaAllah seterusnya suami dapat menjadi orang soleh yang membimbing saya dan anak - anak ke jannahNya. Aamiin.

Komentar
Posting Komentar