Langsung ke konten utama

Cerpen PACARAN



CINTA BUKAN BERARTI MENIKAH

"Jadi kapan kamu mau kenalkan aku ke orang tua mu sayang?"
Rengek Maya untuk kesekian kalinya.
"sabar donk sayang, proyek dikantorku lagi banyak - banyaknya, kamu kan tahu bapak sama ibu itu tinggal di Solo, bukan di Jakarta kan perlu banyak waktu untuk kesana sayang..."
"iya, aku ngerti tapi bapak sama ibu tahu kan hubungan kita dan niat serius kita".
"Tahu kok, aku sudah pernah kasih lihat foto calon istriku ke mereka."
Maya tersenyum puas atas penjelasan Ando. Meskipun dalam hati ada sedikit rasa kecewa atas sikap Ando yang selalu beralasan untuk mengenalkan dirinya pada orangtuanya di kampung.

***********
Enam bulan berlalu.
Maya melihat pekerjaan Ando tidak sesibuk sebelumnya, dan Mayapun berinisiatif mengajak Ando berlibur.
"sayang..., kita liburan yuk!, kamu sudah tidak sibuk kan?"
"ayo sayang, pas banget nich memang aku lagi butuh refreshing nich, enaknya kemana ya sayang?"
"kemarin, aku habis lihat foto - foto liburan teman aku di Yogya, oke lho tempatnya, aku mau sana sayang, disana juga ada pantainya. Bisa helanja - belanja juga."
"Yogya??? Kenapa tidak ke Bali aja sich?"
"bosan kali sayang, tahun lalu kita kan sudah kesana."
"iya, tapi kan rame - rame sama teman - teman kamu, sekarang kesana lagi tapi berdua aja yuk?" Ando merayu Maya.
"nggak mau, aku mau ke Yogya aja."
"ehm..., ok lah."
"ok, aku yang akan urus semua, tiket, penginapan dan lain - lain."
"siiip..." sahut Ando.

Saat liburan pun tiba, Ando dan Maya sama - sama mengambil jatah cuti di kantor mereka masing - masing. Sampai tiba di bandara, Ando masih belum tahu jika Maya membuat kejutan dengan mengajak dirinya akan terbang ke Solo sebelum liburan ke Yogya.
Dan saat pengumuman untuk check in pesawat, Ando kaget dan hampir marah pada Maya.
"kok kamu gak bilang, kita akan ke Solo dulu sebelum ke Yogya?"
"maaf sayang, tapi aku mau ketemu sama orang tua kamu yang..."
"nantilah, nanti juga kalau sudah waktunya aku akan ajak kamu."
"kamu kenapa sich selalu beralesan untuk kenalkan aku ke ortu kamu? Kita ini sudah delapan tahun pacaran sejak kita SMA, kuliah dan kerja, terus kapan Ndo???"
"ya sudah, tiket sudah terlanjur beli, kita ke Solo."
Meski setuju pergi ke Solo, Ando marah dan mengacuhkan Maya. Maya yang awalnya senang Ando setuju akan ke Solo namun ternyata Ando diam seribu bahasa selama di dalam pesawat.

Sesampainya di Bandara Adi Sumarmo, Ando mengajak Maya menginap di hotel.
"kenapa tidak langsung kerumahmu saja Ndo?" protes Maya.
"kita selesaikan dulu yang belum selesai. Ok sayang."
"maksud kamu?"
"liburan di Bali tahun lalu."
"aku gak mau, aku mau kerumahmu dulu, kenal sama orang tuamu dulu."
"kita memang ke Solo, tapi aku tidak berniat ajak kamu kerumah orangtuaku!"
"kenapa?" tanya Maya sedih.
"saat aku siap nikah" sahut Ando seraya membelakangi Maya.
"kapan kamu siap nikahin aku? Aku tidak perlu rumah, mobil, aku hanya ingin kamu nikahin Ndo!"
"adikku masih butuh biaya buat sekolah, kalau aku nikah gimana dengan mereka?"
"Ndo, aku juga kerja, aku siap bantu keluarga kamu."
"terima kasih, tapiiii..., aku benar - benar belum siap Maya."
"kenapa Ndo, karir kita masing - masing sudah mapan? Apalagi Ndo? Kita juga sudah sama - sama dewasa."
"aku...aku belum siap jadi suami, yang akan menjadi penanggung jawabmu Maya."
"hiks...hiks..." bulir bening mata Maya pun tak terbendung, semua mengalir diiringi isak tangis kesedihan antara kecewa dan penyesalan. Kecewa atas sikap kekasih hati yang kurang gentleman dan menyesal dengan hubungan mereka yang sudah terlalu dalam.
"kamu sudah hampir memiliki aku Ndo..., kamu yang memaksa dan meminta semuanakun tak semua ku beri, untungnya, dan kamu masih bilang bahwa kamu belum siap jadi suami aku???"
"aku kecewa Ndo..."
Ando diam tak tahu harus bicara apa.
"dan tadi, kamu masih minta untuk aku kasih kamu semua..., setelah itu apa??? Kamu akan pergi ninggalin aku gitu? Nggak Ndo, aku gak mau jadi perempuan dungu lagi. Lebih baik kita putus saja, aku akan balik ke Jakarta, kamu gak perlu temui aku lagi."
"Maya..., jangan tinggalin aku May, aku sayang kamu, aku gak bisa jauh dari kamu."
"udahlah, aku malas. Kita putus."
"jangan May..." Ando berlutut di hadapan Maya yang sedang duduk di bangku lobi bandara, sejurus kemudian semua orang disekitar melihat ke arah Ando.
"ok...ok, aku ajak kamu kerumah aku, tapi jangan putusin aku ya? Dan...untuk menikah aku minta waktu dua tahun lagi ya May..."
"nggak, setelah kerumahmu, enam bulan berikutnya kita menikah. Itu kalau kamu serius sama aku, kalau nggak lebih baik putus sekarang."
"apa???"
"perlu ku ulangi?"
"tidak - tidak, aku sudah dengar."
"baiklah"
Ando pun terpaksa, membawa Maya kerumah orang tuanya.
"oh...ya,di kampungku tidak boleh membawa perempuan yang belum jadi istri nginep dirumah, setelah kerumahku, kita tetap ke hotel dan tolong bilang sama orang tuaku jika kita ke Solo karena ada pekerjaan. Ya, please..."
"ok"

*******
Tibalah Ando dan Maya dirumah orang tua Ando. Dan Ando pun akhirnya memperkenalkan Maya pada orangtuanya. Mereka pun mengobrol hangat ditemani oleh teh hangat dan singkong rebus hangat.

Sudah hampir dua jam mereka mengobrol, dan seperti pinta Ando sebelumnya, merekapun pamit dengan alasan akan ada pekerjaan besok dan harus kembali ke hotel.
Maya senang bukan main, akhirnya ia bisa kenal dengan keluarga Ando kekasihnya dan ia juga senang Ando berjanji akan menikahinya enam bulan kedepan, bayangan pernikahan indah impiannya akan segera terwujud. Maya bahagia sampai tak sadar ia terlihat senyam senyum sendiri.
"kamu bahagia May???"
"iya, terima kasih."
"sama - sama"
Tiba di hotel merekapun menyewa dua kamar yang bersebelahan.
Setelah check in, Maya langsung Mandi, ia masih senyam senyum sendiri, ancaman yang ia gunakan berhasil menekan Ando untuk mengenalkan orang tuanya dan menikahinya.
Usai mandi dan saat akan tidur, "tok...tok..."
terdengar ketukan pintu pada kamar Maya.
"Ando??? Belum tidur?"
"nggak bisa tidur aku masih mau. Ngobrol sama kamu May..."
"besok aja ya, aku ngantuk Ndo..."
"please May..." Maya pun mempersilahkan Ando masuk mengingat Ando sudah membuatnya senang hari ini.
"mau minum apa?, aku pesankan"
"coklat hangat May."
"ok"
Ando dan Maya pun mengobrol dari mulai pekerjaan masing - masing, hingga cerita nostalgia saat mereka SMA dan kuliah. Obrolan malam ini menambah kebahagian dalam diri Maya. Hingga Maya pun tak sadar jika ia sedang di rayu oleh Ando agar menyerahkan kehormatannya sebelum waktunya.

Pagi di Solo
Maya terbangun, ia langsung duduk dan terkejut saat melihat jam di dinding kamar hotel menunjukkan pukul delapan waktu Solo. Maya bergumam kesal, kenapa Ando tak ada disampingnya dan tidak membangunkannya agar mereka bisa pergi jalan - jalan pagi ini sebelum ke Yogya.
Saat akan bangkit dari ranjang, Maya langsung mandi sebelum memutuskan pergi ke kamar Ando.

Usai mandi, Maya baru sadar jika kopernya tak ada saat hendak mengambil pakaian, dan lebih terkejut lagi saat ia mencari hp dan tas yang berisi dompet, ATM  dan kartu identitasnya pun raib entah kemana.
Maya yang masih mengenakan handuk kimono itu langsung pergi ke kamar Ando. Alangkah kagetnya Maya, kamar Ando sedang dirapihkan oleh room service.
"mba..., mba tahu kemana penghuni kamar ini?"
"oooh, sudah check out dari jam lima pagi bu."
"APAAA???" Maya merasa pusing, ia tak percaya Ando meninggalkannya sendiri di hottel, tanpa pakaian, hp, uang dan identitasnya.
"iya mba, ini ada surat dari pak Ando katanya untuk bu Maya." pelayan itu menyerahkan secarik kertas pada Maya.

"Dear Maya,
Bagaimana pagi mu kali ini Maya, akhirnya kita benar - benar bersatu tadi malam, terima kasih untuk semuanya, semua kenangan indah yang kita lalui bersama selama delapan tahun ini. Terima kasih sudah menjadi pacar terbaikku diantara pacarku yang lain yang tak bisa ku sebutkan namanya. Maya...maaf, seluruh barangmu termasuk uangmu ku sita sementara, sampai aku selesai mengurus dokumenku untuk ke Malaysia, aku akan dinas disana selama dua tahun. Dan...maaf Maya, sejak awal aku memang tak berniat menikahimu, aku menyukaimu dan menyayangimu tapi aku tidak bisa menikahimu karena ada perempuan lain yang sangat aku cintai namun belum bisa kudapatkan, tapi nanti setelah pulang dari Malaysia aku akan melamarnya, kamu tahu siapa? Dia adalah Mega, sahabat kamu.
Ya...Mega gadis pemalu berjilbab rapi dan anggun, gadis pintar yang telah memikat hatiku delapan tahun yang lalu. Kenapa akhirnya aku memacarimu karena aku ingin selalu tahu dan memantau kondisi Mega. Karena ia dekat denganmu.
Maya, kamu tahu kalung spesial yang kau temukan di apartemenku berinisial "M" ? Itu sebenarnya untuk Mega Maya, bukan untukmu, karenanya aku ambil lagi ya darimu.
Maya, sekali lagi aku minta maaf, kamu perempuan baik, cantik dan memiliki karir cemerlang, kamu pasti bisa dapatkan lelaki yang lebih baik dariku, terima kasih Maya untuk liburan terakhir kita yang menyenangkan dan tak akan ku lupa dan aku yakin kamu pun tak akan melupakannya.

Baik, sekian surat ini aku buat, sampai bertemu dihari pernikahanku dan Mega nanti.

Salam sayang untukmu....

Ando"

"hiks...hiks...., HuAAAAAA....ARRRRGH......" Maya menangis dan berteriak, rasanya ingin mati saja ia.
Pelayan kamar yang memperhatikan Maya membaca sejak awal, bingung harus bagaimana menenangkan Maya yang sedang tersungkur dan menangis sejadi - jadinya.
Akhirnya pelayan itu pergi meninggalkan Maya sendiri. Dan Maya pun kembali ke kamarnya dengan langkah gontai, seluruh tubuhnya terasa lemas ia merasa seperti tak memiliki tulang.
Saat memandang kota Solo dari atas balkon kamarnya, ia merasa sangat ingin terjun bebas dari lantai lima belas ini. Namun saat ia bersiap meloncat, Maya mengurungkan niatnya karena tetiba saja ia melihat bayangan mama dan papanya. Ia menunduk, menangis sesegukkan.
"ya Allah... , ini salah hamba ya Allah..."
"hiks...hiks..."


"bu...bu Maya?"
Tangis Maya berhenti saat ada seseorang yang memanggilnya.
"saya Yudha, manager hotel ini. Saya dengar dari karyawan saya, ibu sedang ada masalah? Ada yang bisa saya bantu bu?"
"hiks...hiks..." Maya tak dapat berkata - kata, ia hanya bisa menangis kembali.
Yudha sang manager hotel berusaha menenangkan Maya. Ia memberi Maya secangkir teh hangat. Setelah tiga puluh menit menangis hingga bengkak matanya. Maya pun tak bisa menangis lagi. Ia sudah lebih tenang. Kemudian ia menceritakan penipuan Ando terhadapnya dan penyitaan barang - barangnya.
"jadi bu Maya, tak pegang uang sepeser pun?"
Maya hanya menggeleng.
"ehm..., saat check in atas nama ibu ya?"
Maya hanya mengangguk.
"ehm...dan saat pak Ando check out dari hotel ia bilang, ibulah yang akan bayar semua tagihan."
Maya hanya menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"hiks...hiks..., apa yang harus saya lakukan? Saya tak punya uang. Pakaian juga tak ada."
"baiklah...baiklah..., karena tagihannya hanya lima juta, biar saya yang bayar. Dan ibu akan saya antar ke Jakarta. Nanti sesampainya disana ibu boleh ganti, boleh juga tidak." ucap sang manager seraya tersenyum.
"baiklah, terima kasih banyak sebelumnya."


Sebelum ke Jakarta, sang manager itu pun membelikan Maya pakaian, ia membelikan pakaian mirip gamis. Dan tetiba Maya juga minta dibelikan jilbab sekalian.
"yakin mau ini juga?"
"iya."
"baiklah..., tapi kalau bisa saat ibu sudah pakai, jangan sampai lepas lagi."
"insyaAllah..."

******
JAKARTA

Maya pun kembali kerumah dwngan jilbabnya, meskiia banyak kehilangan termasuk harga dirinya, namun dengan pakaian barunya dan taubat yang sudah ia lakukan ia merasa seperti jadi manusia baru. Kedua orang tua Maya pun menyambut gembira perubahan Maya, yang awalnya senang berpakaian sedikit seksi dan terbuka.
Kepada orang tuanya Maya bercerita jika ia habis dirampok dan Yudha lah yang membantunya. Kemudian Maya meminjam uang papa agar bisa mengganti semua uang yang sudah Yudha keluarkan.
Yudha menerimanya, karena meski jadi manager hotel, namun gajinya tak sebesar manager - manager hotel di Jakarta.

******
Enam bulan berlalu, Maya sudah dapat move on dari Ando. Meski tak mudah namun Maya hadapi dengan banyak mengikuti pengajian dan memperdalam pengetahuan mengenai agama. Mama sangat senang Maya mau mengaji, sejak dulu Maya diajak namun Maya selalu beralasan. Sekarang Maya berubah dan mama sangat senang.

Saat Maya tahu, ada lowongan Manager hotel bintang lima di Jakarta, Maya mengontak Yudha dari kartu nama yang pernah ia berikan dulu. Dan Maya pun menawarkan lowongan itu pada Yudha. Yudha pun langsung menyambut dengan mengirimkan lamarannya melalui Maya.
Sejak itulah Maya dan Yudha intens berkomunikasi. Namun karena sudah mengaji, Maya berusaha mengurangi komunikasi hanya jika perlu saja.
Setelah setahun bekerja di Jakarta dan semakin mengenal Maya dan keluarganya, Yudha jatuh hati pada Maya. Dan ia pun memberanikan diri melamar Maya.

Namun Maya bingung harus menjawab apa, ia menyukai Yudha juga, ia ingin menerima lamaran Yudha, namun ia teringat jika ia. Bukanlah janda namun bukan juga gadis perawan. Dalam kegalauannya ia berdoa. Jikalau Yudha jodohnya, ia akan menerima apa adanya dirinya. Dan Maya pun menceritakan kejadian di Solo saat itu dengan sejujur jujurnya. Maya siap jika Yudha mundur dari lamarannya.
Yudha hanya terdiam saat, Maya memceritakan kejadian yang sebenarnya. Ia tak menyangka ada pria setega itu pada perempuan. Maya hanya tertunduk malu tak berani menatap Yudha. Ia oun menyesali seandainya sejak awal ia tak pacaran seperti adiknya, tentu ia akan sangat bahagia ada pria sebaik Yudha yang datang melamarnya.
Setelah mendengar penjelasan Maya, Yudha pun pamit.
Sebulan berlalu tanpa kabar darinya. Maya pasrah akan nasibnya. Ia hanya fokus mengaji dan bekerja saja. Juga berbagi kepada sesama.

Dua bulan kemudian.

Ini masuk bulan ketiga setelah Yudha melamar Maya. Sudah ada tawaran pria lain bagi Maya, namun untuk menjadi istri kedua, namun Maya masih berat hati untuk menerimanya meski ia tak sesuci perempuan lain, ia memohon pada Allah agar ia mendapat pria single, baik duda maupun lajang.

AHAD INDAH.
Ahad pagi ini, Maya hanya berencana dirumah saja, ia merasa lelah setelah dari luar kota. Namun rasa lelahnya hilang mana kala ia didatangi tamu yang ia nanti. Yudha, Yudha tak sendiri ia membawa orang tuanya untuk melamar Maya. Maya terharu bahagia, ia tak menyangka Yudha akan menerimanya apa adanya. Maya langsung sujud syukur di ruang tengah di balik ruang tamunya.



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghitung dalam Senam

Mengulang sesuatu apalagi pelajaran, terkadang menjemukkan bagi semua orang apalagi bagi anak - anak. Namun, memang benar jika materi Matematika itu ada di sekitar kita, kita dapat terus mengingatkan ananda tanpa mereka merasa mengulang. Seperti pagi ini, saya mengajak anak - anak berjemur karena mereka sedang flu dan sambil berolahraga kemudian saya mengajak mereka berhitung bersama. #Tantangan10Hari #Level6 #Day9 #KuliahBunsayIip #ILoveMath #MathAroundsUs

Jangan Malu mengawali Ibadah, bundaa

Gambar vebma.com Dalam beribadah kepada Allah, tentunya harus kita dahulukan dari hal apapun. Bagi, para Bunda, tentu sudah tahu, jika hubungan pasutri itu adalah ibadah, karenanya bunda jangan pernah merasa malu untuk mendahului para papa dan ayah dalam melaksanakan ibadah suci itu. Karena dalam sebuah hadist. Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ » “Dan hubungan intim di antara kalian adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa mendatangi istri dengan syahwat (disetubuhi) bisa bernilai pahala?” Ia berkata, “Bagaimana pendapatmu jika ada yang meletakkan syahwat tersebut pada yang haram (berzina) bukankah bernilai dosa? Maka sudah sepantasnya meletakkan syahw...

Aku6

#AKU6 Usai periksa ke dokter dan dokter pun memberi ucapan selamat padaku dan berkata “Anak mahal ini bu, dijaga ya bu” MasyaAllah......, rasanya percaya tak percaya. Aku langsung memberi kabar teman – teman mengajar di group WA. Dari sekolah tempat mengajar ke rumah sakit, aku menggunakan motor, karena jika mengajar aku mengendarai motor. Tapi ketika aku tahu setelah pemeriksaan ternyata hamil, aku bingung dan takut, “Duuuh, pulangnya naik apa yak? Masa naik taxi? Motor gimana ya?” tanyaku dalam hati. “Ya Allah, lindungilah hamba” setelah berdoa aku yakin untuk pulang naik motor. Motor ku bawa dengan pelan sekali dan karena sudah malam aku harus lebih memperhatikan jalan jika ada polisi tidur atau jalan berlubang. Dan sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit ke rumah, rasa haru karena bahagia dan syukur memenuhi dadaku. Namun masih ada rasa tak percaya atas karunia ini. “Ya Allah, Alhamdulillah”. Suami tahu aku ke rumah sakit namun tahunya hanya akan mengambil hasil tes te...