Pasangan Toxic, Pertahankan atau Lepaskan?
Beberapa waktu yang lalu beredar luas di dunia Maya dan pertelevisian mengenai pasangan artis yang menjadi korban KDRT dan membuat geger se-Indonesia juga membuat geram sekaligus takut, terutama bagi mereka yang belum menikah atau mereka orang tua yang hendak akan menikahkan anaknya.
Bagi yang belum menikah, maka seleksi calon pasangan baik itu kepada calon istri atau suami sangat diperlukan. Mengenal pasangan bertahun-tahun dengan metode pacaran dengan dalih untuk bisa mengenal lebih baik sang calon maka hak tersebut tidak tepat karena selama apapun kita bersama pasangan tidak halal tidak akan pernah ia menampakkan sifat aslinya kepada kita.
Bagi pasangan yang baru menikah saja, pada kebanyakan orang, tiga bulan pertama pernikahan itu adalah masih masa-masa indah pernikahan lalu, setelah melalui tiga bulan pertama maka, setiap diri akan mulai menunjukkan sifat asli masing-masing dan itu pun kita masih belum mengenal dengan baik pasangan kita jika tidak ada keterbukaan.
Mengenali calon pasangan dalam Islam sudah diajarkan dengan cara ta'aruf yaitu:
Saling mengenal melalui perantara. Ta'aruf dalam Islam bukan hanya mengenal fisik luar yang biasa terlihat saja, tetapi calon pasangan boleh tahu apakah ada cacat atau hal yang kurang wajar pada diri kita dan sebaliknya. Tentunya bukan calon kita langsung yang melihat tetapi, diwakilkan oleh keluarga calon, perempuan untuk melihat calon istri dan laki-laki untuk melihat calon suami.
Dalam ta'aruf pun dijelaskan penyakit-penyakit yang pernah diderita atau masih diderita, kebiasaan-kebiasaan dan lain sebagainya.
Bahkan pemberitahuan pekerjaan hingga salary pun bisa ditanyakan.
Tujuan menikah dan sebagainya.
Untuk mengetahui ada calon pasangan tentu tidak bisa diketahui pada saat berjumpa tetapi, bisa kita cari tahu sendiri dari tetangga, teman dekat mengenai sifatnya dan kebiasaannya. Kita diperbolehkan mencari tahu secara diam-diam bagaimana calon pasangan kita itu.
Dengan demikian, tanpa harus pacaran yang sebenarnya kita atau anak kita nantinya bisa mengenali calon pasangannya dengan lebih baik.
Setelah berikhtiar tentunya kita tetap harus berdoa, karena kita tidak pernah tahu, apakah pilihan kita adalah yang terbaik bagi diri kita sendiri atau tidak. Dengan doa, semoga pilihan kita menjadi hal yang baik untuk kita sekarang dan kedepannya.
Kembali kepada yang terlanjur sudah pasangan yang sudah terlanjur kita nikahi tetapi ternyata ia orang yang Toxic dan memberikan dampak tidak baik bagi kehidupan kita, lalu apa yang harus kita lakukan?
Pertahankan atau lepaskan???
Pertahankan atau lepaskan, bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan kendati kadang hal tersebut telah melalui batas kesabaran diri sebagai manusia biasa. Namun, sebelum kata lepaskan menjadi pilihan kita, mari berkaca diri sejenak mengenai apa yang telah kita pilih dan kita lalui sebelum kita sampai pada titik dimana ternyata pasangan kita adalah pasangan yang Toxic.
Hal yang perlu kita lakukan adalah :
Pertama, bukan melaporkan pasangan kepada pihak lain apalagi pihak berwajib kecuali hal itu memang sudah sangat membahayakan. Ingat, jika tindakan di awal saja sudah sangat membahayakan.
Pertama kali yang harus kita lakukan adalah mengintropeksi diri, apakah cara kita mendapatkan pasangan dengan jalan yang baik? Jika sebagai seorang muslim tentu sudah ada pakem-pakem seperti diatas yang harus dilakukan seseorang yang beragama Islam untuk mencari pasangan.
Kedua, setelah muhasabah diri, maka perbanyaklah istighfar, mohon ampun kepada Allah SWT karena istighfar bisa menghapus dosa dan memudahkan rezeki atau jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi.
Sebab, pasangan kita adalah makhluk Allah, Dia-lah Yang Maha Tahu dan Yang sanggup untuk membolak-balik hati pasangan kita. Setelah beristighfar, berdoalah, doakan pasangan kita dan diri kita juga keluarga kita.
Ketiga, perbanyaklah menuntut ilmu. Tentunya hal ini harus dilakukan bersama pasangan, jika sendiri maka perubahan yang terjadi akan sangat kecil sebab kedua pasangan sama-sama butuh ilmu dalam mengarungi rumah tangga.
Jika pasangan belum mau, kembali langkah kedua berdoalah, hanya Allah yang membolak-balik hati. Tetap pantaskan diri menjadi lebih baik agar Allah kelak pasangkan kita dengan pasangan yang baik pula, entah itu tetap bersama pasangan kita yang saat ini atau kelak Allah sendirilah yang akan menggantinya. Wallau'alam.
Keempat, jika semua sudah dilalui ternyata pasangan memang memiliki masa kecil atau masa lalu yang bermasalah, barulah mulai meminta bantuan pihak ketiga yang memang kompeten di bidangnya, bukan orang ketiga yang hanya tempat curhat gak jelas apalagi ke lawan jenis yang ada urusannya bukan beres malah tambah ruwet.
Kelima, semua sudah dijalankan. Kini hanya bisa berpasrah pada ketentuanNya. Karena sebesar apapun usaha manusia, Allah-lah yang menentukan.
Aturan-aturan diatas bukanlah hal baku yang ada pada Al-Qur'an atau hadist, tetapi hanya langkah-langkah yang seharusnya diambil sebelum memutuskan sesuatu apalagi yang berkaitan dengan rumah tangga, sebab menikah adalah ibadah seumur hidup tentu dalam ibadah ada ujian untuk pelaksanaannya, ada ibadah jika mengerjakannya.
Kalau aku sepertinya juga ga langsung lepasin, ya. Tapi menempuh langkah2 di atas dulu
BalasHapus:-) bagusnya begitu, kecuali dalam kondisi sudah sangat membahayakan.
HapusNamanya rumah tangga, pasti tidak ada yang jalannya mulus. Namun, saat menemukan kalau pasangan kita ternyata toxic, maka kita lihat kembali sampai sejauh mana tingkat toxicnya. Selama masih bisa diharapkan ada perubahan, selama itu pula kita terus berusaha mencari jalan keluar. Tentunya, meminta petunjuk dari Sang Maha Pencipta adalah jalan yang terbaik.
BalasHapusmasyaaAllah, adem bacanya.. Semoga kita dipantaskan untuk memiliki pasangan terbaik yang mampu membimbing dalam kebaikan fidunya wal akhirat.. aamiin
BalasHapuspasangan toxic, hmmm, emang dilema banget sih ya kalau nemu seperti ini.
BalasHapustapi balik lagi, serahkan semua ke Allah, Yang Maha Tahu, Yang Maha membolak-balikkan hati manusia. Istigfar dan berdoa diberi yang terbaik.
Kalau lihat kejadian orang terdekat, memang nggak gampang lepas dari pasangan toxic. Ibaratnya rafia yang digulung, nggak bisa semudah itu dipotong pakai sekali gunting. Butuh waktu dan banyak pertimbangan bahkan meski istrinya sudah mandiri dan nggak pernah dikasih nafkah sekalipun. Hanya saja, mempertahankan pasangan toxic demi anak itu pilihan yang keliru. Bukan pendapat saya pribadi, tapi dari konsultan pernikahan menyebutkan hal semacam itu. Anak-anak akan jauh lebih sakit ketika hubungan tak sehat dipertahankan. Pastinya sebelum memutuskan mesti melakukan langkah-langkah di atas ya, Mbak. Nggak boleh ambil keputusan ketika marah, itu penting.
BalasHapusMemang pada akhirnya harus banyak berdoa minta petunjukNya. Soalnya aku pernah sih.. Akhirnya kulepas setelah aku merasa Allah sudah banyak memberi petunjuk
BalasHapusSingle mom hadirrr.. :)
BalasHapusSependek pengalaman saya, jodoh, rezeki, dan kematian sudah diatur oleh Allah. Selama masih bisa dan layak dipertahankan, wajib kita pertahankan.
Namun, ketika sudah mulai berdampak pada psikis dan mengkhawatirkan, lepaskan.
Anak-anak kita butuh ibu yang bahagia.
kalau orang itu tau pasangannya toxic pasti pengen lepasin, tapi sayangnya orang yang terjerat itu ga sadar kalau pasangannya toxic dan terjebak dalam nama kata cinta wkwk
BalasHapuskalau kata para pakar sih sulit sekali ya untuk bisa keluar dari pasangan yang toxic ini. tapi kalau pasangan sudah mukul kayaknya itu sudah redflag banget sih dan bisa berdampak juga ke psikologis anak-anak kalau pasangan itu tidak bisa berubah
BalasHapus