Oleh Winda Novianti
Sally menanti Biru dengan sabar, meski sekian lama tak berjumpa, Sally tetap setia menanti Biru. Cinta mereka aneh tapi nyata.
Mereka bertemu dan dekat sejak kelas satu SMP, hingga kuliah selalu bersama. Mereka dekat meski tanpa status, saling berbagi dan melengkapi.
Semua teman menganggap mereka pacaran, mereka tak peduli, yang terpenting selalu bersama. Saat Sally membutuhkan, Biru selalu siap sedia hadir membantu.Biru sangat perhatian dan baik pada Sally, Sally merasa terlindungi.
Saat perpisahan adalah hari terberat bagi keduanya, namun demi masa depan dan cita-cita, Sally dan Biru harus bisa menahan rasa rindu untuk bertemu. Biru mendapatkan beasiswa di luar negeri begitu pun Sally, namun sayangnya, tujuan negara mereka berbeda.
Mereka berjanji, lima tahun yang akan datang mereka akan bertemu kembali, di airport tempat mereka sekarang berpisah.
Setahun pertama berlalu, keduanya selalu saling sapa dan menyemangati dan berbagi cerita, melalui media sosial. Tahun kedua, karena kesibukan masing-masing, mereka mulai jarang menghubungi satu sama lain.
Tahun ketiga, hanya sebulan sekali mereka saling sapa. Tahun keempat, mereka mulai dekat kembali, sepekan dua kali mereka akan saling sapa selama dua hingga tiga jam.
Masuk tahun kelima, mendekati saat perjumpaan mereka, Sally sudah sangat tidak sabar bertemu dengan Biru, begitu pun Biru.
Saat perjumpaan yang ditunggu tiba, Biru berniat akan melamar Sally di bandara Jakarta. Ia telah menyiapkan cicin spesial untuk Sally.
Di pesawat lain, Sally, senyum-senyum sendiri, membayangkan Biru, lama tak jumpa, ia bingung harus bagaimana, namun ia sangat bahagia.
Turun dari pesawat, Biru, mempercepat langkah kakinya menuju tempatnya berjanji ketemu dengan Sally.
Biru memandang ke luar lapangan, tempat pesawat parkir dan kemudian akan terbang ke tujuan mereka masing-masing. Ia lalu mengeluarkan cincin untuk Sally dari sakunya dan memandangnya penuh harap, berharap Sally menerima lamarannya.
“Biru?”
Biru mendengar suara seorang perempuan memanggilnya dan suara itu mirip dengan milik Sally, Biru tersenyum dan berbalik ke arah sang empunya suara.
“Sal…_” panggil Biru kemudian berhenti.
“Kak Rima? Sally, mana?”
“Sally… , kecelakaan pesawat, Biru, belum diketahui, apakah ada penumpang yang selamat atau tidak.”
Lemas seketika tubuh Biru, bahkan ia pun tak sanggup memegang cincin untuk Sally itu. Yang kemudian jatuh menggelinding entah kemana.
Bekasi, 22/11/18
#tTantanganRumlitIpBekasi
#DiariIbuProfesional
#CeritaIbu
#CeritaKeluarga
#CeritaKita

Mantaps
BalasHapusMasyaAllah 😊
Hapus