Sudah bukan rahasia umum, jika anak – anak korban perceraian orang tuanya menjadi anak – anak yang BROKEN HOME. Anak yang jiwanya labil, dan seringkali mencari pelarian ke hal – hal negatif, dari pacaran, sex bebas, narkoba, dan hal – hal buruk lainnya.
Perceraian sangat Allah benci, meskipun dibolehkan karena jika ada umat Muhammad yang bercerai, bersorak riang gembiralah para syaitan dengan hegitu mereka syaiton lebih mudah menghancurkan umat nabi Muhammad.
Namun, jika pernikahan tak lagi bisa meningkatkan iman dan ketaqwaan, karena salah satu pasangan salah jalan dan sulit dikembalikan setelah diusahakan dan agar diri tak ikut tenggelam dalam bahtera yang sudah rapuh dan dipenuhi air akibat ombak yang menerjang. Maka perceraian bisa menjadi pilihan, karena niat kita ingin selamatkan iman pada Allah SWT.
Ketika sebuah keluarga dibangun dengan pondasi iman dan ketaqwaan, maka jalan kebaikan akan terbentang sehingga seluruh anggota keluarga akan saling mengingatkan dalam kebaikan terutama dalam hal ibadah. Keluarga seperti ini adalah keluarga harmonis yang bukan saja di dunia namun juga di akhirat nanti insyaAllah.
Sebaliknya, jika ada keluarga kompak, selalu berkumpul di rumah, berjalan – jalan dan bertamasya tak pernah ketinggalan kala liburan datang, namun selalu lupa dalam mengingatkan kebaikan beribadah kepada Allah SWT, sejatinya keluarga seperti ini hanya harmonis di dunia saja namun tidak di akhirat. Dan tidak menutup kemungkinan jika anak – anak yang tumbuh dalam keluarga ini bisa menjadi anak broken home meski kedua orang tuanya pasangan harmonis namun tanpa keimanan dan ketaqwaan.
Kembali dengan judul di atas. Jika dalam sebuah keluarga terdapat perceraian yang tak bisa dielakan karena sebab syar’i, namun sedari awal keluarga tersebut memiliki pondasi iman yang baik, insyaAllah perceraian tidak akan menimbulkan masalah berarti. Karena semua anggota keluarga sudah tahu porsi masing – masing dalam aturan islam.
Namun, jika perceraian terjadi karena hawa nafsu dari pasangan atau salah satunya, tanpa sebab syar’i maka sudah di pastikan sebelum berceraipun keluarga tersebut tidak memiliki pondasi iman yang baik sehingga, gangguan kecil bisa bermasalah bagi mereka apalagi perceraian yang merupakan puncak masalah rumah tangga. Hal tersebut akan membuat anak menjadi broken home yang memiliki jiwa labil dan galau tingkat tinggi.
Singkatnya, anak – anak broken home hadir bukan karena perceraian orang tua namun karena kekosongan hati akan iman pada Allah SWT.
Agar kita senantiasa menjadi keluarga harmonis dunia - akhirat, kita membutuhkan bukan hanya liburan fisik semata namun juga rohani penguat jiwa.
Rajin - rajinlah datang menghadiri kajian ilmu islam sekeluarga, agar hati kita dan anggota keluarga tak kosong dan gersang.
Waullahu'alam bishawab.
@Winova

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustrims mba sharingnya. Salam kenal
BalasHapus